Friday, 4 May 2012

Perbedaan Pendapat dalam ISLAM

Hal yang tidak dimililki oleh sebagian besar umat islam adalah kemampuan melihat satu persoalan secara komprehensif, objectif dan seimbang.Padahal diantara kewajiban yang harus diketahui oleh umat islam adalah untuk menjaga ukhuwah islamiyyah. Jangan sampai dalam menganalisa satu masalah, umat islam menjadi tidak bersatu dan berkurangnya benih2 keimanan dalam hati. Persaudaraan dalam islam ini merupakan unsur asasi tauhid yang menempati posisi yang penting.Meski berpotensi merusak keutuhan umat Islam, namun ada banyak faedah ikhtilaf yang bisa di petik bila rambu rambu ikhtilaf dipenuhi. Seperti yang selalu dicontohkan Rasulullah, yakni:1. Jika disertai dengan niat tulus, ikhtilaf akan memberikan banyak pengetahuan tentang dalil yang bisa dijadikan dasar berbagai aspek.2. Ikhtilaf, jika disertai dengan niat tulus, merupakan wahana untuk melatih daya nalar, saling sumbang pemikiran, membuka lahan kesempatan yang luas untuk mengetahui berbagai konsep yang hanya bisa dikejar dengan beragamnya pandangan yang muncul.3. menimbulkan banyak alternatif solusi bagi seseorang yang menghadapi sebuah fenomena tertentu. dengan beragamnya pendapat, dia akan lebih cepat dapat solusi yg tepat bagi masalahnya sesuai dengan kehendak agama yang merupakan penuntun hidup manusia.Ikhtilaf adalah jalan setiap orang yang berbeda dengan orang lain baik dari sikap dan ucapannya. Adapun khilaf cakupannya lebih umum dari sekadar berbeda, karena setiap yang berbeda pasti saling berseberangan/berselisih, sedangkan perselisihan dan perbedaan yang terjadi di antara sebagian manusia dalam ucapan mereka kadang dapat mengakibatkan pertikaian, maka di ambillah kata tersebut dengan pengertian pertikaian dan perdebatan, sebagaimana Allah SWT berfirman: (Maryam:37), (Hud:118), (Adz-Dzariyat:8), (Yunus:93)Mudah2an perbedaan pendapat bisa memupuk kesuburan akal umat Islam dan mempertajam daya analisnya, bukan utuk saling menjatuhkan, meremehkan yang akan menimbulkan fitnah. Dan kita tahu bahwa perbedaan pendapat itu adalah fitrah yang mesti terjadi, namun kita harus tahu bagaimana kita mengantisipasi perbedaan tsb secara baik. Qur’an sendiri sudah menjelaskan:"Jika Tuhanmu menghendaki, tentu Dia menjadikan manusia umat yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat." [QS 11:118][Adab Ikhtilaaf fil Islam/ Prof. Dr. Thaha Jabir Al-Alwani. Pendiri SIS (School of Islamic Sciences) dan IIIT (International Institute of Islamic Thought) di Henrdon, Virginia, USA.

Resensi: ARUNG PALAKKA Pembebas Tanah BONE

Sejarah lokal Tana Bugis, tidak terlepas dari Arung Palakka. Sosok lelaki ini sampai kini masih menjadi fenomenal, terutama perannya dalam penulisan sejarah. Penilaian sejarah sosial, masih mempertentangkan peran yang dijalani di masa lalu. Pertentangan itu seputar peran yang dilakoninya, apakah dia menjadi seorang pejuang atau penghianat dalam takaran era sejarah politik di daerah ini.Dinamika sejarah lokal masa lalu menempatkan di wilayah Sulawesi,  terdapat beberapa kerajaan yang berdaulat. Kerajaan yang cukup besar termasuk di antaranya, Bone, Gowa dan Luwu. Masing-masing kerajaan di masa lalu itu berusaha memperluas pengaruh dengan menggunakan pendekatan ekonomi, sosial, politik dan senjata lewat peperangan.Buku ini merupakan kumpulan makalah dari seminar Arung Palakka yang digelar 13 tahun lalu di Kota Watampone. Nara sumber pada seminar itu,  memberi fakta sejarah sosial peranan yang dijalani Arung Palakka selama menjadi Raja Bone lantas membawa namanya selaku pembebas dari Kerajaan Bone.Rektor Universitas 45 Makassar, Prof.Dr.H.Abu Hamid, selaku nara sumber pada seminar itu mengemukakan, ikhtiar Arung Palakka dalam upaya memerdekakan Tana Bone tetap harus dijalankan dengan menempuh segala macam cara. Budi luhur yang terbit dari nurani La Tenritatta, rasa manusiawi melihat bangsanya diperlakukan tidak senonoh menjadi motivasi untuk meneruskan perjuangan.Selaku lelaki Bugis asal Bone, dia tidak ingin melihat Kerajaan Bone berada dalam kekuasaan dan dominasi kerajaan di sekitarnya. Akibatnya dia pun melakukan perlawanan dengan menempuh segala cara dan strategi.Prof Dr.Anhar Gonggong pada buku ini mengemukakan, peristiwa Perang Bone – Gowa menghadapkan Arung Palakka dan Sultan Hasanuddin, Nampak betapa tidak mudahnya posisi seorang pemimpin di tengah-tengah krisis yang berkembang.Arung Palakka dan Sultan Hasanuddin menurut Anhar, telah mempertaruhkan harga diri dan kepemimpinannya demi meraih dan mempertahankan kebebasan. Gubernur Sulsel, Amin Syam dalam sambutan buku ini mengemukakan, kumpulan makalah yang diterbitkan menjadi sebuah buku, merupakan salah satu upaya mengungkap jejak perjuangan Arung Palakka dalam membebaskan Tana  Bone dari ketertindasan.Buku ini layak dibaca bagi generasi baru yang ingin mengerti dan memahami peran sejarah yang dilakoni Arung Palakka di masa kekuasannya. Sekaligus menjadi bahan acuan dalam mengerti sejarah sosial dan sejarah politik lokal di Sulsel. (ull).    Judul Buku : Arung Palakka Pembebas Tana BoneEditor         : Muh Idris Patarai dan Moh Yahya MustafaPenerbit    : Fahmis PustakaTerbit        : 2005Tebal       : xvi + 99