Sunday, 21 November 2010
Tuesday, 9 November 2010
Pappaseng (pesan)
Cuccung pene' ma'dendang
Duallete ka' soro
Taro macinna ka' canggoreng......
Puraniii.....
Depa....
Sesekali nyanyian dolanan anak itu terdengar,,,
dan sesekali pula diselingi oleh sebuah suara teguran;
Magai de'pa gaga lokka ma'gguru???
Maccule tuttu,, makawe'notu ujiang,,,
14 tahun silam, suara teguran itu menghilang dari pendengaran, ketika yang kuasa lebih merindukan perjumpaan denganNya, sirine ambulans mengiris hati sanubari, menyayat kalbu diantara pegunungan dan jalan berkeloknya camba, hening...., begitu cepatnya persuaan itu berlalu,,,
Adakah makna yang tersisa....????
O mbe'.... O ndo'...
Agguruko,,,
Nasaba de'gaga wappammanareng
Sangadinna' sikola'''
Agguruko mbe'...
Agguruko ndo'...
Aja musisala-sala nasaba' warang parang..
Naiyatu waramparangE
Anu cappu,,,
IlaRRuhistafa Abii,,, AlFatihah,,,
Saturday, 30 October 2010
Ininnawa
Ala massea-sea mua
Tau naompori sessekale
Nasaba riwettu baiccu'na
De memeng na engka nagguru...
Riwettu baiccu' ta mitu wedding
Narekko battowa ni masussani
Nasaba maraja nawa-nawani
Enrengnge poletoni kuttue..
Minnya minya burelle
Burelle santang
Santang yege cilaga-laga
Oto' oto' no sanro
Matteppu teppu sala
Ikadinding malai...
Pua pua dede
Kudedeang ulu bale
Ulu bale massapia
Nanre laloi miong
Miong marikko ulaweng
Asera palipinna
Sepulo dua congki-congkinna
Cakkuru-kuru.....
Anakna ipaddoja
Minnau golla-golla
Nataro ri cekkongna
Nakatulung bere bere
Lari kajili jili
Natumpu tedong mpuleng...
Tegako pole sanggara
Poleka' ri pamuttue
Nange nange ri minnya'e
Massulappe ri labbu'e....
Wednesday, 29 September 2010
Primbon. Parimbolo' yarega pa'ga'gara'...
"Lafaleng Massulekkana Allah Taala ri fale' Ataukku.
Lafaleng Muhamma' ri fale Abioku.
Alefu ka' mu ba.
Abe'.
Saka' musifa'
Isinna Asennu Essummu
MonroE ri fonna Lilamu".
Bagaimana melogikakan konteks primbon ini?
Jika saat ini anda menggunakan modem net dengan kecepatan akses biasa-biasa saja... maka dengan "SUGESTI primbon" kecepatan akses anda bisa berkali-kali lipatnya.
Bagaimana meyakininya?
Seperti anda yakin ketika menyantap sea food, dan anda akan alergi terhadapnya, karena SUGESTI berlebihan yang telah anda pancarkan.
Bagaimana menggunakannya?
Yakin pada YANG MEMBERIKAN sugesti, jangan yakin pada kekuatan lafadsnya, karena jika itu terjadi anda akan mendekati kekufuran/kemusyrikan.
Apa fungsi lafads?
Lafads hanya untuk mengarahkan anda untuk bersugesti, maka bersugestilah sesuai lafads yang anda lebih pahami.
Lafaleng Muhamma' ri fale Abioku.
Alefu ka' mu ba.
Abe'.
Saka' musifa'
Isinna Asennu Essummu
MonroE ri fonna Lilamu".
Bagaimana melogikakan konteks primbon ini?
Jika saat ini anda menggunakan modem net dengan kecepatan akses biasa-biasa saja... maka dengan "SUGESTI primbon" kecepatan akses anda bisa berkali-kali lipatnya.
Bagaimana meyakininya?
Seperti anda yakin ketika menyantap sea food, dan anda akan alergi terhadapnya, karena SUGESTI berlebihan yang telah anda pancarkan.
Bagaimana menggunakannya?
Yakin pada YANG MEMBERIKAN sugesti, jangan yakin pada kekuatan lafadsnya, karena jika itu terjadi anda akan mendekati kekufuran/kemusyrikan.
Apa fungsi lafads?
Lafads hanya untuk mengarahkan anda untuk bersugesti, maka bersugestilah sesuai lafads yang anda lebih pahami.
Sunday, 26 September 2010
Pepatah bugis, yang tak patah..
"riampimo tedong siratuE, tenriulle mampi tau seddiE"..
lebih gampang menjaga 100 ekor kerbau, daripada menjaga 1 orang manusia.
Postingan ini terinspirasi oleh nasehat spontan ; "putri sulung dari ibundaku tercinta";
lebih gampang menjaga 100 ekor kerbau, daripada menjaga 1 orang manusia.
Postingan ini terinspirasi oleh nasehat spontan ; "putri sulung dari ibundaku tercinta";
Thursday, 23 September 2010
GELORA Umareta kara...part.2
Bagaimana kehidupan penduduk GELORA beberapa dekade silam??? part 2 ini akan terbahaskan.
Menyusuri memory otak yang masih tersimpan di hard disk bututnya pakar "La-Kacopre", terangkailah sebuah cerita kehidupan sebuah keluarga kecil sederhana. (*Menurut analisa La-Kacopre, Keluarga ini terpandang, disegani, panutan masyarakat...Wallahu alam bissawab)
Sebuah kediaman kecil (*untuk taraf kehidupan kota, kediaman ini = gubuk... tapi untuk taraf kehidupan kampung, kediaman ini masih layak dikatakan rumah) yang bagi penghuninya adalah sebuah istana bagi mereka.
Istana ini atau sebut saja rumah ini berdiri tepat dibelakang gawang lapangan bola sebelah timur. Rumah dengan tiang-tiang kayu bengkok pada tampak depannya, sedang pada tampak belakangnya adalah sebuah bedeng beratap rumbia, berlantai bilah-bilah bambu (* atap bakkaweng, lantai salimaa, hmm...klo gi bowbok..adem..ayem..tentremmm...pokok'e eunakk tenanngg....) di halaman belakang samping bedeng pula sebuah Pabrik pengolah gabah merk "taon doeloe" sesekali menyalak dengan kerasnya menggiling padi menjadi beras.......... Nah!!! dari Pabrik gabah inilah sepenggal cerita keluarga ini akan di ekspos..
Namanya aza pabrik merk "taon doeloe".. setiap menggiling padi maka alhasil "bennii, cabbu' dan awang"-nya juga banyak (***benni=beras hancur, cabbu=dedak, awang=sekam)
Karena pabrik ini adalah satu-satunya dikampung GELORA kala itu, maka wajar saja yang diolah juga banyak, limbahnya juga berlimpah.
Tapi pengolahan limbahnya hebat loh...
Benni : ditumbuk jadi tepung diolah jadi kue onde-onde dll,, kalau produksi benni berlebihan, kelebihannya jadi makanan anak ayam yang baru menetas.
Cabbu : dijadikan makanan ternak... (*dari cabbu inilah terlahir "pattungka pattungka iti' /gembala-gembala bebek, yang sedianya kini adalah sarjana-sarjana pendidikan mulai D3 hingga S3 insya Allah)
Awang : dibakar dipakai "maggoce" (maggoce= pop corn machine manual), setelah dingin dijadikan abu gosok. sekam mentah untuk lantai kandang bebek.
Yang ingin digaris bawahi penulis:
"Dari Pabrik merk taon doeloe terlahir pattungka iti' yang kelak jadi sarjana"
Bagaimana keseharian pattungka-pattungka iti' ini?
-Pagi-pagi mereka bangun, sebelum berangkat ke sekolah, memberikan makanan cabbu dan memanen telurnya, melepas dari kandangnya,
-Siang sepulang sekolah mencari lokasi bebeknya, jangan sampai masuk ke sawah orang memakan racun tikus yang dipasang pembajak.
-Sore sebelum magrib menghalau bebeknya ke kandang..(tiii tii tiii tiii teriaknya berulang *komunikasi bebek mode on), memberi makanan cabbu yang harus ditakar sebaik mungkin supaya esok hari hasil telur bebeknya meningkat.
-Malam dengan penerangan lampu strongkeng belajar, membuat PR
Tak ada waktu untuk menonton TV, maklum mereka memang tak punya televisi.. why?? kala itu listrik masuk desa belum ada, penduduk yang berTV memakai UPS dari ACCU.
.......... bla bla bla... hooammhh...cape' deh..kisah ini terlalu panjang,, untuk diuraikan....
akhir kata dari "La-Kacopre" buat mereka-mereka pattungka iti' :
"masih ingatkah kalian dengan kisah La jarung renni? kisah La-loppo rejje' dan La-ciru' uri? kisah nene pakande???" yang senantiasa mengakrabkanmu dengan saudara-saudaramu yang lain sebagai dongeng pengantar tidurmu????
Menyusuri memory otak yang masih tersimpan di hard disk bututnya pakar "La-Kacopre", terangkailah sebuah cerita kehidupan sebuah keluarga kecil sederhana. (*Menurut analisa La-Kacopre, Keluarga ini terpandang, disegani, panutan masyarakat...Wallahu alam bissawab)
Sebuah kediaman kecil (*untuk taraf kehidupan kota, kediaman ini = gubuk... tapi untuk taraf kehidupan kampung, kediaman ini masih layak dikatakan rumah) yang bagi penghuninya adalah sebuah istana bagi mereka.
Istana ini atau sebut saja rumah ini berdiri tepat dibelakang gawang lapangan bola sebelah timur. Rumah dengan tiang-tiang kayu bengkok pada tampak depannya, sedang pada tampak belakangnya adalah sebuah bedeng beratap rumbia, berlantai bilah-bilah bambu (* atap bakkaweng, lantai salimaa, hmm...klo gi bowbok..adem..ayem..tentremmm...pokok'e eunakk tenanngg....) di halaman belakang samping bedeng pula sebuah Pabrik pengolah gabah merk "taon doeloe" sesekali menyalak dengan kerasnya menggiling padi menjadi beras.......... Nah!!! dari Pabrik gabah inilah sepenggal cerita keluarga ini akan di ekspos..
Namanya aza pabrik merk "taon doeloe".. setiap menggiling padi maka alhasil "bennii, cabbu' dan awang"-nya juga banyak (***benni=beras hancur, cabbu=dedak, awang=sekam)
Karena pabrik ini adalah satu-satunya dikampung GELORA kala itu, maka wajar saja yang diolah juga banyak, limbahnya juga berlimpah.
Tapi pengolahan limbahnya hebat loh...
Benni : ditumbuk jadi tepung diolah jadi kue onde-onde dll,, kalau produksi benni berlebihan, kelebihannya jadi makanan anak ayam yang baru menetas.
Cabbu : dijadikan makanan ternak... (*dari cabbu inilah terlahir "pattungka pattungka iti' /gembala-gembala bebek, yang sedianya kini adalah sarjana-sarjana pendidikan mulai D3 hingga S3 insya Allah)
Awang : dibakar dipakai "maggoce" (maggoce= pop corn machine manual), setelah dingin dijadikan abu gosok. sekam mentah untuk lantai kandang bebek.
Yang ingin digaris bawahi penulis:
"Dari Pabrik merk taon doeloe terlahir pattungka iti' yang kelak jadi sarjana"
Bagaimana keseharian pattungka-pattungka iti' ini?
-Pagi-pagi mereka bangun, sebelum berangkat ke sekolah, memberikan makanan cabbu dan memanen telurnya, melepas dari kandangnya,
-Siang sepulang sekolah mencari lokasi bebeknya, jangan sampai masuk ke sawah orang memakan racun tikus yang dipasang pembajak.
-Sore sebelum magrib menghalau bebeknya ke kandang..(tiii tii tiii tiii teriaknya berulang *komunikasi bebek mode on), memberi makanan cabbu yang harus ditakar sebaik mungkin supaya esok hari hasil telur bebeknya meningkat.
-Malam dengan penerangan lampu strongkeng belajar, membuat PR
Tak ada waktu untuk menonton TV, maklum mereka memang tak punya televisi.. why?? kala itu listrik masuk desa belum ada, penduduk yang berTV memakai UPS dari ACCU.
.......... bla bla bla... hooammhh...cape' deh..kisah ini terlalu panjang,, untuk diuraikan....
akhir kata dari "La-Kacopre" buat mereka-mereka pattungka iti' :
"masih ingatkah kalian dengan kisah La jarung renni? kisah La-loppo rejje' dan La-ciru' uri? kisah nene pakande???" yang senantiasa mengakrabkanmu dengan saudara-saudaramu yang lain sebagai dongeng pengantar tidurmu????
Tuesday, 21 September 2010
GELORA Umareta kara...part.1
GELORA, adalah sebuah dusun kecil di sebuah desa letaknya di Desa Kading Kecamatan Awangpone Kabupaten Bone. Namanya mungkin kedengaran unik (*gehol bangedddtttss..ohoho)... yah, memang benar "Gelora itu nama dusun diambil dari antonim bahasa; Gelanggang Olah Raga), bahkan di dusun tetangganya pun ada yang bernama "dusun AWARU; Awangpone Wajah Baru).
Lantas siapa yang memberikan nama? bagaimana sejarahnya? dan bagaimana keadaannya kini?
Menurut riwayat kuno dari pakar budaya "La-Kacopre" (*La-kacupinna Anak Regel-Remaja Gelora)/*pitikanai mode on* : Gelora dan Awaru tercipta di masa Kerajaan-kerajaan di Nusantara dipersatukan ke dalam sebuah Negara yang bernama Indonesia atau dalam era Sumpah Pemuda, jadi wajar nama-namanya sungguh SumpahPemudais..
Gelora adalah kampung baru yang dibentuk kala itu, penduduknya adalah pendatang dari dari kampung-kampung lama sebelumnya (sebut saja : Kampung Larappi, Kampung Bulu, Kampung JampuE, Kampung Laleng Dare... (*Kampung dengan nama-nama kuno akan dibahas lebih lanjut jika ada kesempatan penulis)
Penduduknya rata-rata hidup sebagai petani padi,.. makanya di daerah ini gak perlu import beras..amaaannn...
Loh..Kok daerah mayoritas petani tapi nama kampungnya Gelanggang Olah Raga (Gelora)???.. Konon Saat itu hingga Orde Baru masyarakat di sini tekenal dengan semboyangnya "memasyarakatkan olah raga dan mengolahragakan masyarakat, di kampung inilah Sebuah Lapangan luas dikelilingi oleh rumah-rumah penduduk seolah-olah sebuah Mega Stadion sebanteran Saitama stadion di jepang.. benarkah?? usho kata orang jepang.. atau kalau di Indonesiakan seperti lapangan IKADA, namanya kan mirip GELORA BUNG KARNO..(*mabbelleo..).
Benarkah??? ya.. jika perbandingan pertumbuhan pembangunan kota jakarta dengan dusun gelora adalah 1 : 1 juta, maka dusun Gelora sungguh sangat megah kala itu.. iya khan??? tapi apa nasibnya kini??? perbandingan itu menyusut menjadi 1 : 1 Trilyun.. mengapa demikian?
Saat ini di kampung Gelora, pola pikir masyarakatnya berubah.. Stadion itu menjadi ajang penggembalaan sapi, tiang-tiang gawang lapangan bola rubuh, lapangan volly dan takraw entah kemana nasibnya..hiks..hiks...
Apa peneyebabnya???
Menurut analisa "la-kacopre", semua itu berkaitan langsung dengan dusun AWARU (makanya penulis mengangkat nama AWARU di awal tadi gitchu...!)
Ada apa dengan AWARU? Awangpone Wajah baru di sinilah dahulu kala berdiri Ibu Kota Kecamatan Awangpone, Kantor kecamatan pertama buatan Indonesia berdiri kokoh dan di depannya Lapangan/Stadion Tandingan terhampar luas, Fungsinya untuk Upacara-upacara yang berbau Nasionalisme.
Apa yang terjadi?? di Masa Orde Baru jugalah yang mengubah segalanya, Terjadinya Pemindahan Ibu Kota pertama dari Awangpone Timur (awaru) ke awangpone barat yang nun jauh di sana,,mengubah segalanya.. kantor kecamatan runtuh hancur lebur di kandung tanah, budi baik tak terkenang. lapangan upacara nasionalisme berubah fungsi jadi sawah.. nasib..nasib...
............bersambung.......
Lantas siapa yang memberikan nama? bagaimana sejarahnya? dan bagaimana keadaannya kini?
Menurut riwayat kuno dari pakar budaya "La-Kacopre" (*La-kacupinna Anak Regel-Remaja Gelora)/*pitikanai mode on* : Gelora dan Awaru tercipta di masa Kerajaan-kerajaan di Nusantara dipersatukan ke dalam sebuah Negara yang bernama Indonesia atau dalam era Sumpah Pemuda, jadi wajar nama-namanya sungguh SumpahPemudais..
Gelora adalah kampung baru yang dibentuk kala itu, penduduknya adalah pendatang dari dari kampung-kampung lama sebelumnya (sebut saja : Kampung Larappi, Kampung Bulu, Kampung JampuE, Kampung Laleng Dare... (*Kampung dengan nama-nama kuno akan dibahas lebih lanjut jika ada kesempatan penulis)
Penduduknya rata-rata hidup sebagai petani padi,.. makanya di daerah ini gak perlu import beras..amaaannn...
Loh..Kok daerah mayoritas petani tapi nama kampungnya Gelanggang Olah Raga (Gelora)???.. Konon Saat itu hingga Orde Baru masyarakat di sini tekenal dengan semboyangnya "memasyarakatkan olah raga dan mengolahragakan masyarakat, di kampung inilah Sebuah Lapangan luas dikelilingi oleh rumah-rumah penduduk seolah-olah sebuah Mega Stadion sebanteran Saitama stadion di jepang.. benarkah?? usho kata orang jepang.. atau kalau di Indonesiakan seperti lapangan IKADA, namanya kan mirip GELORA BUNG KARNO..(*mabbelleo..).
Benarkah??? ya.. jika perbandingan pertumbuhan pembangunan kota jakarta dengan dusun gelora adalah 1 : 1 juta, maka dusun Gelora sungguh sangat megah kala itu.. iya khan??? tapi apa nasibnya kini??? perbandingan itu menyusut menjadi 1 : 1 Trilyun.. mengapa demikian?
Saat ini di kampung Gelora, pola pikir masyarakatnya berubah.. Stadion itu menjadi ajang penggembalaan sapi, tiang-tiang gawang lapangan bola rubuh, lapangan volly dan takraw entah kemana nasibnya..hiks..hiks...
Apa peneyebabnya???
Menurut analisa "la-kacopre", semua itu berkaitan langsung dengan dusun AWARU (makanya penulis mengangkat nama AWARU di awal tadi gitchu...!)
Ada apa dengan AWARU? Awangpone Wajah baru di sinilah dahulu kala berdiri Ibu Kota Kecamatan Awangpone, Kantor kecamatan pertama buatan Indonesia berdiri kokoh dan di depannya Lapangan/Stadion Tandingan terhampar luas, Fungsinya untuk Upacara-upacara yang berbau Nasionalisme.
Apa yang terjadi?? di Masa Orde Baru jugalah yang mengubah segalanya, Terjadinya Pemindahan Ibu Kota pertama dari Awangpone Timur (awaru) ke awangpone barat yang nun jauh di sana,,mengubah segalanya.. kantor kecamatan runtuh hancur lebur di kandung tanah, budi baik tak terkenang. lapangan upacara nasionalisme berubah fungsi jadi sawah.. nasib..nasib...
............bersambung.......
Monday, 20 September 2010
TANAMAN BERKHASIAT OBAT (part 1 - JARAK)
Jarak (Ricinus communis linn)
Familia : Euphorbiaceae
Nama Daerah : Gloah (Gayo), Lulang (Batak Karo), Kaliki (Sunda), Tangang-tangang jara (Makassar), Pelleng Kaliki (Bugis), Balacai (Ternate)
Bagian yang digunakan : Biji, Daun, Akar
Kandungan Kimia : Minyak risin, sitokrom C, enzym
Kegunaan :
a. Biji : Koreng, bisul, infeksi jamur
b. Daun : Koreng, eksim, gatal, batuk sesak
c. Akar : Nyeri sendi, luka terpukul
Cara Pemakaian :
1. Biji : Untuk koreng 20 biji tanpa kulit, dilumat menjadi bentuk bubur, tambahkan garam secukupnya, aduk rata. Tempelkan di tempat sakit 2 x sehari.
2. Daun : Untuk bengkak, Daun segar dikukus matang, dibungkus di tempat sakit.
3. Akar : Untuk Pegal-pegal, luka terpukul dan nyeri sendi, 15-30 gram direbus sampai mendidih, minum setelah hangat pagi hari saat perut kosong.
SILAHKAN MENCOBA!!!
Familia : Euphorbiaceae
Nama Daerah : Gloah (Gayo), Lulang (Batak Karo), Kaliki (Sunda), Tangang-tangang jara (Makassar), Pelleng Kaliki (Bugis), Balacai (Ternate)
Bagian yang digunakan : Biji, Daun, Akar
Kandungan Kimia : Minyak risin, sitokrom C, enzym
Kegunaan :
a. Biji : Koreng, bisul, infeksi jamur
b. Daun : Koreng, eksim, gatal, batuk sesak
c. Akar : Nyeri sendi, luka terpukul
Cara Pemakaian :
1. Biji : Untuk koreng 20 biji tanpa kulit, dilumat menjadi bentuk bubur, tambahkan garam secukupnya, aduk rata. Tempelkan di tempat sakit 2 x sehari.
2. Daun : Untuk bengkak, Daun segar dikukus matang, dibungkus di tempat sakit.
3. Akar : Untuk Pegal-pegal, luka terpukul dan nyeri sendi, 15-30 gram direbus sampai mendidih, minum setelah hangat pagi hari saat perut kosong.
SILAHKAN MENCOBA!!!
Sunday, 19 September 2010
Pribahasa bugis
"Arung rioloE, Pabbicara ritengngaE, Pallemppa tai rimunriE"
Raja di depan, Juru bicara di tengah, Pemikul tinja di belakang
Pemimpin di depan, Penasehat di tengah, Prajurit di belakang
Dalam keseharian kita menjalani hidup, pribahasa ini banyak mengandung arti; Etos kerja, Semangat, Berani tampil di depan, Pantang mundur, Motivasi, Kejayaan, Keberhasilan usaha.
Putra-putri bugis Supaya senantiasa mengingat petuah ini.
Subscribe to:
Posts (Atom)