Bagaimana kehidupan penduduk GELORA beberapa dekade silam??? part 2 ini akan terbahaskan.
Menyusuri memory otak yang masih tersimpan di hard disk bututnya pakar "La-Kacopre", terangkailah sebuah cerita kehidupan sebuah keluarga kecil sederhana. (*Menurut analisa La-Kacopre, Keluarga ini terpandang, disegani, panutan masyarakat...Wallahu alam bissawab)
Sebuah kediaman kecil (*untuk taraf kehidupan kota, kediaman ini = gubuk... tapi untuk taraf kehidupan kampung, kediaman ini masih layak dikatakan rumah) yang bagi penghuninya adalah sebuah istana bagi mereka.
Istana ini atau sebut saja rumah ini berdiri tepat dibelakang gawang lapangan bola sebelah timur. Rumah dengan tiang-tiang kayu bengkok pada tampak depannya, sedang pada tampak belakangnya adalah sebuah bedeng beratap rumbia, berlantai bilah-bilah bambu (* atap bakkaweng, lantai salimaa, hmm...klo gi bowbok..adem..ayem..tentremmm...pokok'e eunakk tenanngg....) di halaman belakang samping bedeng pula sebuah Pabrik pengolah gabah merk "taon doeloe" sesekali menyalak dengan kerasnya menggiling padi menjadi beras.......... Nah!!! dari Pabrik gabah inilah sepenggal cerita keluarga ini akan di ekspos..
Namanya aza pabrik merk "taon doeloe".. setiap menggiling padi maka alhasil "bennii, cabbu' dan awang"-nya juga banyak (***benni=beras hancur, cabbu=dedak, awang=sekam)
Karena pabrik ini adalah satu-satunya dikampung GELORA kala itu, maka wajar saja yang diolah juga banyak, limbahnya juga berlimpah.
Tapi pengolahan limbahnya hebat loh...
Benni : ditumbuk jadi tepung diolah jadi kue onde-onde dll,, kalau produksi benni berlebihan, kelebihannya jadi makanan anak ayam yang baru menetas.
Cabbu : dijadikan makanan ternak... (*dari cabbu inilah terlahir "pattungka pattungka iti' /gembala-gembala bebek, yang sedianya kini adalah sarjana-sarjana pendidikan mulai D3 hingga S3 insya Allah)
Awang : dibakar dipakai "maggoce" (maggoce= pop corn machine manual), setelah dingin dijadikan abu gosok. sekam mentah untuk lantai kandang bebek.
Yang ingin digaris bawahi penulis:
"Dari Pabrik merk taon doeloe terlahir pattungka iti' yang kelak jadi sarjana"
Bagaimana keseharian pattungka-pattungka iti' ini?
-Pagi-pagi mereka bangun, sebelum berangkat ke sekolah, memberikan makanan cabbu dan memanen telurnya, melepas dari kandangnya,
-Siang sepulang sekolah mencari lokasi bebeknya, jangan sampai masuk ke sawah orang memakan racun tikus yang dipasang pembajak.
-Sore sebelum magrib menghalau bebeknya ke kandang..(tiii tii tiii tiii teriaknya berulang *komunikasi bebek mode on), memberi makanan cabbu yang harus ditakar sebaik mungkin supaya esok hari hasil telur bebeknya meningkat.
-Malam dengan penerangan lampu strongkeng belajar, membuat PR
Tak ada waktu untuk menonton TV, maklum mereka memang tak punya televisi.. why?? kala itu listrik masuk desa belum ada, penduduk yang berTV memakai UPS dari ACCU.
.......... bla bla bla... hooammhh...cape' deh..kisah ini terlalu panjang,, untuk diuraikan....
akhir kata dari "La-Kacopre" buat mereka-mereka pattungka iti' :
"masih ingatkah kalian dengan kisah La jarung renni? kisah La-loppo rejje' dan La-ciru' uri? kisah nene pakande???" yang senantiasa mengakrabkanmu dengan saudara-saudaramu yang lain sebagai dongeng pengantar tidurmu????
No comments:
Post a Comment