GELORA, adalah sebuah dusun kecil di sebuah desa letaknya di Desa Kading Kecamatan Awangpone Kabupaten Bone. Namanya mungkin kedengaran unik (*gehol bangedddtttss..ohoho)... yah, memang benar "Gelora itu nama dusun diambil dari antonim bahasa; Gelanggang Olah Raga), bahkan di dusun tetangganya pun ada yang bernama "dusun AWARU; Awangpone Wajah Baru).
Lantas siapa yang memberikan nama? bagaimana sejarahnya? dan bagaimana keadaannya kini?
Menurut riwayat kuno dari pakar budaya "La-Kacopre" (*La-kacupinna Anak Regel-Remaja Gelora)/*pitikanai mode on* : Gelora dan Awaru tercipta di masa Kerajaan-kerajaan di Nusantara dipersatukan ke dalam sebuah Negara yang bernama Indonesia atau dalam era Sumpah Pemuda, jadi wajar nama-namanya sungguh SumpahPemudais..
Gelora adalah kampung baru yang dibentuk kala itu, penduduknya adalah pendatang dari dari kampung-kampung lama sebelumnya (sebut saja : Kampung Larappi, Kampung Bulu, Kampung JampuE, Kampung Laleng Dare... (*Kampung dengan nama-nama kuno akan dibahas lebih lanjut jika ada kesempatan penulis)
Penduduknya rata-rata hidup sebagai petani padi,.. makanya di daerah ini gak perlu import beras..amaaannn...
Loh..Kok daerah mayoritas petani tapi nama kampungnya Gelanggang Olah Raga (Gelora)???.. Konon Saat itu hingga Orde Baru masyarakat di sini tekenal dengan semboyangnya "memasyarakatkan olah raga dan mengolahragakan masyarakat, di kampung inilah Sebuah Lapangan luas dikelilingi oleh rumah-rumah penduduk seolah-olah sebuah Mega Stadion sebanteran Saitama stadion di jepang.. benarkah?? usho kata orang jepang.. atau kalau di Indonesiakan seperti lapangan IKADA, namanya kan mirip GELORA BUNG KARNO..(*mabbelleo..).
Benarkah??? ya.. jika perbandingan pertumbuhan pembangunan kota jakarta dengan dusun gelora adalah 1 : 1 juta, maka dusun Gelora sungguh sangat megah kala itu.. iya khan??? tapi apa nasibnya kini??? perbandingan itu menyusut menjadi 1 : 1 Trilyun.. mengapa demikian?
Saat ini di kampung Gelora, pola pikir masyarakatnya berubah.. Stadion itu menjadi ajang penggembalaan sapi, tiang-tiang gawang lapangan bola rubuh, lapangan volly dan takraw entah kemana nasibnya..hiks..hiks...
Apa peneyebabnya???
Menurut analisa "la-kacopre", semua itu berkaitan langsung dengan dusun AWARU (makanya penulis mengangkat nama AWARU di awal tadi gitchu...!)
Ada apa dengan AWARU? Awangpone Wajah baru di sinilah dahulu kala berdiri Ibu Kota Kecamatan Awangpone, Kantor kecamatan pertama buatan Indonesia berdiri kokoh dan di depannya Lapangan/Stadion Tandingan terhampar luas, Fungsinya untuk Upacara-upacara yang berbau Nasionalisme.
Apa yang terjadi?? di Masa Orde Baru jugalah yang mengubah segalanya, Terjadinya Pemindahan Ibu Kota pertama dari Awangpone Timur (awaru) ke awangpone barat yang nun jauh di sana,,mengubah segalanya.. kantor kecamatan runtuh hancur lebur di kandung tanah, budi baik tak terkenang. lapangan upacara nasionalisme berubah fungsi jadi sawah.. nasib..nasib...
............bersambung.......
No comments:
Post a Comment